Album : PADIGA Panceg Dina Galur
(Compilation)
Year : 2009
Genre : Death Metal/ Brutal
Death Metal
Origin : Indonesia (Bandung – West Java)
Despair – Sivillian Mutilated
Pleural Effusion - I Dig My Own Grave
Opium - Manstrurbation of Murder
Devoid - Biological Decease
Jasad - Kujang Rompang
SATU lagi yang bisa ditambahkan
bagi Bandung adalah Bandung
sebagai kota death metal. Death
metal memang masih berada di
luar lingkaran musik mainstream.
Tidak ada satu pun negara di dunia ini yang industri musiknya
didominasi death metal. Namun,
dalam wacana bukan mayoritas,
perkembangan musik yang
muncul dari komunitas bawah
tanah ini di Bandung punya catatan khusus. Cerita yang
paling baru bisa dilihat dalam
festival musik Bandung Deathfest
4 yang digelar Sabtu (17/10).
Festival ini pertama kali digelar
pada tahun 2006 dan kemudian
rutin setiap tahun. Jumlah
pengunjung di setiap
penyelenggaraannya mencapai
10.000 orang, dan inilah hajatan terbesar para metal head di
Indonesia bahkan di Asia. Sangat
menarik jika dirunut bagaimana
scene death metal konsisten
berkembang di Kota Bandung.
Saat ini ada 200 lebih band dan jamak digeluti anak muda mulai
dari pelajar sekolah menengah
pertama. Sulit menemukan satu
kota dengan jumlah band death
metal sebanyak di Bandung.
Bandung Deathfest 4 juga
dijadikan sebagai salah satu
rangkaian promosi album
kompilasi yang diluncurkan
September 2009. Ini juga baru
pertama kalinya di dunia, ada 32 band dari satu kota menelurkan
album kompilasi death metal.
Salah satu kunci perkembangan
death metal di tanah Sunda ini
adalah regenerasi. Dua belas
band yang unjuk gigi di Bandung
Deathfest 4, delapan di
antaranya merupakan band muda termasuk Demons Damn
dengan vokalisnya Uzie mewakili
kaum hawa. Bisa dilihat juga dari
besarnya persentase wanita dan
remaja di antara para
pengunjung Bandung Deathfest 4.
Dari sisi prestasi, band-band dari
Bandung mendapatkan
pengakuan yang sangat banyak.
Salah satunya dari Thailand yang
akan menggelar Bangkok
Deathfest pada November mendatang, dan mengundang
satu band death metal tertua di
Bandung, Jasad.
Namun, harus diakui, anggapan
musik metal sebagai hal negatif
masih menjadi pendapat umum.
Tetapi, hal ini justru membuat
komunitas death metal di
Bandung menjadi istimewa, dilihat dari bagaimana komunitas death
metal Bandung berupaya ekstra
melawan paradigma tersebut.
Tujuannya satu, untuk meraih
tempat dan perlakuan sama
seperti komunitas anak muda pada umumnya.
Sejak Bandung Deathfest 3 pada
2008, komunitas death metal di
Bandung seperti Bandung Death
Metal Sindikat juga Ujungberung
Rebels, sudah mencoba
kolaborasi dengan pemerintah juga instansi seperti kepolisian
dan militer. Penyelenggaraannya
digelar di markas Yon Zipur 9
Ujungberung, dengan melibatkan
aparat kepolisian yang ikut
masuk sampai ke lokasi penyelenggaraan.
Lewat Bandung Creative City
Forum (BCC), komunitas kreatif
lain di Bandung pun turut
mendukung. Ini ditunjukkan
dengan masuknya Deathfest
sebagai bagian dari rangkaian festival terbesar di Bandung,
Helar Festival (Helarfest). Di
penyelenggaraan yang kedua
tahun 2009 ini, Deathfest 4
menjadi salah satu acara
pembuka oleh Sekda Kota Bandung Edi Siswadi.
“Masa depan Bandung ada di tangan generasi muda. Semoga
dengan saya menendang bola ini
nanti, mencerminkan bagaimana
kreativitas anak muda Bandung
yang tidak pernah berhenti.
Teruslah berkarya,” ujar Edi Siswadi sesaat sebelum
menendang bola raksasa sebagai
pertanda dibukanya Helarfest
2009 sekaligus Deathfest 4.
Apresiasi banyak pihak ini diraih
melalui rangkaian pergerakan
yang didesain komunitas death
metal Bandung sejak bertahun-
tahun lamanya. Sambil terus
berkarya, individu-individu dari berbagai profesi seperti penulis,
musisi, pengusaha, desainer,
bahkan akademisi meluangkan
waktu untuk memberikan
sebagian dari apa yang mereka
miliki untuk komunitas.
Dukungan dari berbagai pihak
membuktikan komunitas ini
bukanlah kelompok bawah tanah
yang menutup komunikasi
dengan pihak lain. Anggapan
negatif yang dikalungkan sejak lama pada komunitas death
metal pun terus dikikis. Amannya
perhelatan Bandung Deathfest 4
sejak acara pembukaan pukul
12.30 WIB hingga berakhir pukul
21.50 WIB, setidaknya membuktikan efektivitas
kolaborasi semua pihak yang
berkepentingan.
Pertanyaan selanjutnya adalah
bagaimana kolaborasi yang sudah
mulai terbentuk ini bisa
berpengaruh lebih nyata bagi
perkembangan kota, khususnya
orang-orang dalam komunitas death metal. Sejarah
menunjukkan, industri clothing di
Bandung lahir dari komunitas
anak muda kreatif yang
memproduksi dan membentuk
jaringan distribusi clothing untuk mendukung aktivitas mereka.
Selain itu, puluhan ribu anak
muda yang terlibat dalam satu
komunitas musik death metal
adalah sesatu yang seharusnya
dilihat sebagai potensi. Bisa dibayangkan bagaimana
pengaruhnya jika ada kebijakan
yang mampu memanajemen
komunitas ini bersama komunitas
anak muda lainnya yang
jumlahnya mungkin ratusan di Bandung.
Hal positif lain yang mendukung
kampanye putih death metal di
Bandung adalah perhatian
terhadap budaya tradisional dan
lingkungan. Ada pertunjukan
musik Sunda seperti karinding juga atraksi debus. Penanaman
100 pohon di kawasan Yon Zipur
9 dan 200 pohon di Gunung
Manglayang pun masuk agenda.
Masih bisa ditambahkan juga
rajahan dan penggunaan aksara Sunda (huruf kagana) di tiap
media promosi kegiatan.
Keterbukaan dan kolaborasi
yang coba dibangun komunitas
death metal, membangun opini
bahwa Bandung yang sudah
mendapat predikat sebagai kota
paling kreatif oleh republik ini memang memberi ruang bagi
komunitas anak muda untuk
tumbuh dan berkembang. Meski
harus diakui, masih butuh banyak
usaha agar death metal benar-
benar diakui sebagai salah satu komunitas yang mewakili
Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar