Minggu, 15 Mei 2011
ROTTEN CORPSE : First Blood And Cursed
Ini epos tentang Rotten Corpse, sebuah legenda brutal death asal Malang yang pertama kali mempresentasikan nada-nada ekstrim kepada khalayak metal Indonesia. Kisah nyata band lokal yang membuka jalan penuh cadas dan melesat tinggi dalam waktu singkat. Namun juga penuh duri tajam serta konflik berkepanjangan. Ngotot bertahan tapi akhirnya seperti diselimuti kutukan. Jika itu sebuah kenangan dan seribu pelajaran, maka simak sedikit catatan kisah mereka. A legendary maggots. This is the ultimated classic!...
"Awalnya pada tahun 1994 cikal
bakal Rotten Corpse adalah
sekedar band session aja. Waktu
itu saya udah malang-melintang
bikin band ini-itu, dengan genre
yang ini-itu juga. Sementara saya nge-fans banget sama
band-nya Adyth, Orchestration
Foolish. Band
temen deket yang saya anggap
paling oke, paling rapi di antara
semuanya," jelas Aryev Gobel ketika mengingat kembali dari
mana kisah epik metal ini harus
dimulai.
Dia lalu melanjutkan ceritanya,
"Si Adyth lah yang pertama kali
nawarin bikin band session itu. Kita pengen coba main di genre
metal yang lebih berat dan
berisik. Setelah melalui tahap
adaptasi personel, kita sepakat
untuk serius dan band session ini
dinamai Disgorged dengan formasi awal ; saya di vokal,
Adyth dan Wawan di gitar, Upik
di bass, dan Anton di drum."
Berbagai proses dilalui, hingga
akhirnya pada pertengahan Juni
1995 mereka dengan mantap mengubah nama band itu menjadi
Rotten Corpse. Gitaris Adyth [eks
Orchestration Foolish], vokalis
Aryev Gobel [eks Abstain], gitaris
Wawan [eks Lunatic Asylum],
bassis Upick [eks Orchestration Foolish], dan drummer Anton [eks
Lunatic Asylum] tampak cukup
antusias untuk mengibarkan
bendera brutal death metal di
tanah Malang.
Sejarah mencatat, Orchestration Foolish dan Abstain merupakan
dua band metal yang sering
tampil dalam berbagai event
festival musik garapan Gemma
[Generasi Musisi Muda Malang] di
rentang tahun 1992 - 1995. Sedangkan Lunatic Asylum adalah
proyek band death metal
bentukan trio Adyth, Wawan dan
Anton - yang seingat penulis
hanya sempat manggung satu
kali di kampus Unibraw dengan mengusung lagu-lagu kover milik
band metal Austria, Disastrous
Murmur.
Begitu resmi terbentuk, Rotten
Corpse langsung tancap gas
berlatih di studio dan berawal dari mengkover lagu-lagu milik
Cannibal Corpse, Suffocation,
hingga Broken Hope. Tidak lama,
Adyth dkk mulai berani tampil di
sejumlah gigs, parade band dan
berbagai event musik kampus yang ada di Malang.
Sebagai band baru, pada masa
itu mereka musti rela membayar
biaya pendaftaran untuk
manggung. Di setiap pentas,
Adyth dkk juga kerap membawa suporter setia - yang notabene
adalah temen-temen dekat
mereka sendiri. Rotten Corpse
sempat menggemparkan event
Singosari Open Air, di mana Anton
berhasil menyabet gelar 'Drummer Terbaik' dan dapat
trophy sebagai kenang-
kenangan. Weird?!...
Pada akhir tahun 1995, Upick
terpaksa cabut karena
pekerjaan dan posisinya digantikan oleh Didik, pemuda
pendiam asal Nganjuk hasil
rekomendasi dari Afril [Extreme
Decay]. Menyusul tak lama
kemudian Wawan juga keluar dari
Rotten Corpse, dan membentuk grup band Adzab yang beraliran
black metal. Mulai saat itulah
formasi Rotten Corpse menjadi
empat orang dengan menyisakan
Adyth yang sendirian di sektor
gitar, sekaligus sebagai mastermind yang mengelola
materi musik dan karir band.
Di awal tahun berikutnya, Rotten
Corpse coba merilis demo
pertama yang mereka beri titel
Maggot Sickness. Demo yang
direkam selama dua jam secara
live-track di studio Oase itu justru jadi momentum penting
bagi langkah karir Rotten Corpse
selanjutnya. Rekaman demo
itulah yang memancing banyak
reaksi kekaguman serta efek
positif dari berbagai scene musik cadas di Indonesia. Dan nama
Rotten Corpse makin sering
disebut serta mulai hangat
dibicarakan...
"Itulah kuncinya," cetus Aryev
Gobel. "Demo rekaman yang berkualitas minim banget itu
sempat dibawa ke Bandung yang
kala itu merupakan kota sejuta
harapan bagi semua band
underground. Demo itu
diperkenalkan pada komunitas di sana dan bisa menunjukkan
bahwa Malang, kota kecil yang
tidak begitu mencolok mempunyai
satu monster yang sanggup
memporak-porandakan pasar
underground. Dan itu memang terjadi!..."
Akibat demo sederhana itu
Rotten Corpse akhirnya diundang
ke Bandung untuk tampil di salah
satu konser cadas yang sangat
monumental, Bandung Underground #2 di gedung
Saparua, 21 Juli 1996. Dengan
bersemangat sang vokalis
kembali berujar, "Show pertama
kita di Bandung itu memang luar
biasa. Kita sanggup membuat mereka tercengang. Kita
sanggup memposisikan Rotten
Corpse menjadi monster yang
sangat mengerikan di kalangan
underground Indonesia!"
Tak ayal, nama Rotten Corpse langsung melesat dan mulai
menjadi 'national-highlight' bagi
pencinta musik ekstrim di negeri
ini. Sepekan kemudian, tepatnya
tanggal 28 Juli 1996, Adyth dkk
menjadi headliner pada ajang Parade Musik Underground di
gedung YPAC, Malang. Di sini
Rotten Corpse kembali menjadi
bintang dengan performanya
yang nyaris sempurna.
Puncaknya mulai terjadi pembicaraan antara Rotten
Corpse dengan Hariyanto a.k.a
Mas Harry dari HR Production
[produsen kaos yang berdomisili
di Surabaya] yang ingin
memproduksi debut album Adyth dkk. Mas Harry sepakat bikin
label metal independen dengan
nama Graveyard Production, dan
mengontrak Rotten Corpse
sebagai artis band pertamanya.
Dia juga yang bertindak sebagai manajer band kebanggaan arek
Malang tersebut.
Akhirnya pada bulan November
1996 Rotten Corpse menjalani
proses rekaman selama lima hari
penuh di studio Natural [Surabaya] dengan produser Mas
Harry dan dibantu Irwan sebagai
sound engineer. Proses rekaman
mereka saat itu terbilang cukup
mewah dan fenomenal bagi
kalangan komunitas metal. Sebab Adyth dkk mulai meninggalkan
gaya live-recording dan berani
menggunakan sistem track-
recording untuk mendapatkan
hasil rekaman yang maksimal.
Metode rekaman seperti itu masih jarang digunakan oleh
kebanyakan band underground
pada jaman itu karena
keterbatasan sarana dan
equipment standard, serta
memerlukan waktu dan biaya yang lumayan besar.
Sementara proses mixing materi
rekaman Rotten Corpse masih
digarap, Adyth dkk kembali
menghajar beberapa event metal
raksasa, seperti misalnya
Underground Siang Bolong [Surabaya], Total Noise [Jakarta],
dan PMU #2 [Malang]. Alhasil nama
Rotten Corpse semakin mengkilap
saja di blantika musik cadas
tanah air.
Tepat di akhir tahun 1996, Graveyard Production resmi
merilis album Rotten Corpse yang
bertitel Maggot Sickness. Di
dalamnya berisi delapan lagu
yang digarap cukup maksimal,
dan sukses menggelontorkan sejumlah singel keren seperti
Rotten Solid Brain, Broken Hope,
atau Mindless Tentacles. Yah,
sebuah masterpiece!...
Respon publik dan pasar metal
Indonesia tentunya sangat menggembirakan. Maggot
Sickness menjadi album metal
yang cukup bersinar di
jamannya, dan sempat diklaim
oleh seorang jurnalis musik
sebagai salah satu dari 20 album rock-lokal yang revolusioner
[majalah MTV Trax2, Juli 2004].
Dalam artikel itu juga tertulis,
"Album debut mereka yang
bertitel 'Maggot Sickness' saat
itu menggemparkan scene metal di Jakarta, Bandung, Jogjakarta
dan Bali karena komposisinya
yang solid dan kualitas
rekamannya yang top notch."
Berbagai media metal-
underground juga memberi komentar dan review yang
positif. Sebuah fanzine lokal
bernama Loudly Press menaruh
Maggot Sickness di list pertama
dalam rubrik Five Malang
Essential Records - dengan kutipan singkat, "...sebuah
perjuangan yang sangat tidak
pantas untuk dilupakan. Sebuah
album untuk semua diehard
metalheads!"
Tanpa bermaksud melebih- lebihkan, Aryev Gobel ikut buka
mulut lebar-lebar soal rilisan itu,
"Maggot Sickness adalah album
masterpiece yang pernah
dilahirkan oleh praktisi band
underground dalam kualitas recording, materi musik, dan
artwork. Perpaduan teknik
analog dan manual artwork yang
orisinal menjadikan album ini
benar-benar melegenda."
Perlu diketahui bahwa sampul
depan Maggot Sickness itu
benar-benar 'asli dan nyata'.
Ceritanya dalam sesi foto kover
itu kaki Aryev Gobel rela dilumuri
cat merah dan saus kental serta diguyur sekantong belatung
hidup yang biasa di pakai sebagai
pakan burung peliharaan. Hasil
fotonya lalu diolah sedikit di
komputer dan jadilah salah satu
karya sampul album yang paling 'orisinil' di scene metal Indonesia.
Kedahsyatan Maggot Sickness
menyeberang hingga ke negara
tetangga. Di awal tahun 1997,
album itu dirilis kembali oleh Ultra
Hingax Prod dan VSP dengan titel Rotten Corpse [self-titled] untuk
pasar distribusi Malaysia dan
Singapore. Bahkan tiga lagu
mereka - Rotten Solid Brain,
Sound Bitter, Mindless Tentacles
- masih sempat masuk dalam proyek kompilasi Ultra Violence
yang diterbitkan oleh Ultra
Hingax Prod [2000] di wilayah
negeri jiran.
Sayangnya kesuksesan Rotten
Corpse tidak lalu dibarengi dengan solidnya hubungan
internal di tubuh band. Perlahan
muncul keretakan antar personil
akibat ego yang berlebih atau
benturan kepentingan. Bahkan
sejak itu mulai muncul isu-isu tak sedap yang justru datang dari
seputar scene mereka sendiri.
Agaknya Rotten Corpse sempat
kaget dengan popularitas
mendadak yang mereka terima.
Scene lokal juga tampak belum siap menerima perubahan yang
terjadi pada band yang sempat
mereka bangga-banggakan itu.
Yang muncul kemudian adalah
bibit prasangka, iri, curiga, opini
negatif, serta vonis yang berlebihan.
"Saya pribadi memang shock
berat dengan begitu cepat
populernya band ini. Saya jadi
dikenal, banyak banget yang
berinteraksi baik secara poistif
maupun negatif. Tekanan- tekanan menjadi 'artis' pun
nyata saya rasakan, baik secara
psikologis maupun fisik!" ungkap
Aryev Gobel jujur.
Dalam kasus ini, mitos bahwa
konflik internal hampir selalu menyertai band yang terlalu
cepat sukses mungkin benar
adanya. Puncaknya pada
pertengahan tahun 1997, Aryev
Gobel keluar dari Rotten Corpse.
"Kegilaan saya terhadap narkoba tidak dibarengi dengan pemikiran
personel lain yang penuh
pengertian. Cukup satu vonis,
saya adalah pengganggu dan
harus keluar dari Rotten
Corpse!" aku Aryev Gobel yang lalu memilih bergabung di
grupband Santhet sebagai
drummer.
Sepeninggal Aryev Gobel, Rotten
Corpse terus bertahan. Apalagi
tawaran manggung masih datang dari berbagai pentas. Akhirnya
posisi vokal diisi oleh Ferry Rinaldi
[eks Brain Maggots]. Dalam waktu
yang hampir bersamaan, Wawan
dpanggil kembali untuk mengisi
ruang gitar yang pernah ia tinggalkan. Rotten Corpse
kembali dalam formasi berlima
dengan duo gitaris yang gahar.
Pada bulan Juli 1997, Rotten
Corpse kembali diundang
manggung di kota kembang dalam acara Bandung Berisik #2.
Saat itu mereka berangkat
tanpa Anton dan Didik yang
sedang ujian di kampusnya.
Terpaksa dalam konser itu
Adyth, Ferry dan Wawan meminta bantuan sahabat
mereka yaitu Hendra [drum] dan
Ratno [bass] dari grupband
Motorhead sebagai additional
musicians. Uniknya, tepat
seminggu kemudian giliran Adyth yang diajak manggung membantu
Motordeath ketika band
Bandung itu show di event
Hullabaloo #3? .
Sepulang dari Bandung itu
sebenarnya sudah tampak sekali kalau pondasi Rotten Corpse
mulai retak. Kejenuhan
memuncak, konflik internal
semakin tajam, dan perang
kepentingan terjadi satu sama
lain. Adyth selaku mastermind kelompok ini tampak mulai
kehilangan akal dalam
menyatukan visi bermusik
personil lainnya. Bisakah nasib
mereka diselamatkan?!...
Hingga pada suatu sore di bulan Agustus 1997, Adyth tiba-tiba
mengontak salah seorang editor
Mindblast fanzine dengan maksud
ingin menyampaikan satu
informasi penting. Pertemuan
mendadak dilakukan di sebuah warung kopi sederhana dekat
markas redaksi Mindblast. Sore
itu dia mengaku baru saja
melakukan pertemuan internal
dengan semua personil band dan
mendapatkan satu keputusan penting tentang karir musik
mereka.
"Ini berita resmi dari Rotten
Corpse, dan kamu orang
pertama yang aku kasih tahu
ya," kata Adyth dengan mimik
wajah serius. "Gini, aku akan balik
ke Bandung dalam waktu dekat ini. Mau nerusin studi di sana.
Trus soal Rotten Corpse, kita
tadi udah sepakat kalo nama
Rotten Corpse akan aku bawa
serta ke Bandung."
Bagaikan geledek di siang bolong. Berita ini sungguh mengagetkan.
Meski sebenarnya sudah lama
tercium indikasi ke arah
perpecahan Rotten Corpse.
Namun tidak ada yang
menyangka kalau ternyata skenarionya seperti ini. Adyth
mengusung nama Rotten Corpse
di Bandung? Sama siapa? Terus
bagaimana nasib empat personil
lainnya di Malang? Apakah ini
bahasa lain dari Rotten Corpse yang memutuskan bubar total?...
"Tenang aja. Rotten Corpse bakal
terus eksis kok. Hanya pindah
home base aja ke Bandung!" kata
Adyth hati-hati seperti tidak
ingin menyinggung perasaaan siapapun. Dia bukannya memecat
ke-empat personil yang lain.
Dalam bahasa yang dia pakai
adalah 'meminta Anton dkk untuk
mengundurkan diri dari band'.
Sebab selaku personil yang menulis hampir semua materi lagu
serta mengelola semua urusan
karir band, dia merasa yang
paling berhak menggunakan
nama Rotten Corpse.
"Yah kita liat saja gimana entar jadinya. Sampai di Bandung nanti
aku akan langsung cari orang-
orang yang mau bantu
membentuk Rotten Corpse yang
lebih matang dan serius. Lagipula
di sana kayaknya lebih menjanjikan untuk maen musik,"
jelasnya kemudian.
Tidak lama setelah 'konferensi
pers' eksklusif tersebut,
tepatnya di bulan September
1997, Adyth benar-benar pulang kampung ke Bandung. Di sana ia
dibantu oleh para personil
Motordeath untuk membangun
dinasti Rotten Corpse yang baru.
Setelah berlatih singkat di
studio, mereka langsung diundang tampil dalam sebuah
konser musik cadas di Denpasar,
Bali.
Sementara itu di waktu yang
bersamaan, sisa personil yang
tertinggal di Malang ternyata masih menyatakan diri eksis dan
berhak menyandang nama
Rotten Corpse. Ferry, Didik,
Wawan, dan Anton tetap coba
bertahan dalam manajemen
Graveyard Production. Mereka juga mulai kembali ke studio dan
sempat beberapa kali mengisi
gigs lokal yang ada.
Munculnya dua kubu yang
berlabelkan Rotten Corpse itu
cukup membingungkan
masyarakat metal. Pro-kontra
mulai merebak luas. Kedua kubu
tetap saling klaim dan merasa paling berhak. Panitia acara
musik pun bingung musti
mengontak Rotten Corpse yang
mana?! Saking bingungnya,
Mindblast sendiri bahkan memuat
artikel berjudul Rotten Corpse satu halaman penuh yang hanya
berisi tanda tanya besar [?]
tanpa tulisan apapun di edisi
ketiganya. Berbagai 'upaya
damai' tidak mampu meredakan
sengketa dan konflik di antara mereka sendiri.
Namun semua itu berjalan tidak
terlalu lama. Adyth tampaknya
kesulitan berjuang sendirian
dengan brand lawas Rotten
Corpse di Bandung. Sementara Anton dkk di Malang seperti
kehilangan nahkoda serta agak
kewalahan mengelola karir band
tanpa sentuhan Adyth. Dan
perlahan kedua kubu Rotten
Corpse itu tidak pernah ada kabarnya lagi. Selesai sampai di
sinikah sejarah Rotten Corpse?!
Mmhh, belum tentu...
Di awal tahun 1998 tersiar kabar
bahwa Adyth membentuk
grupband deathmetal anyar yaitu Disinfected. Kelompok itu
diperkuat juga oleh nama-nama
paten dari scene metal
Ujungberung Bandung, seperti
Amenk [eks Embalmed] dan Andris
[Burgerkill]. Tidak lama mereka langsung merilis debut album
yang bertitel Melted rilisan
Extreme Souls Production.
Menurut sebagian kawan, album
yang mendapatkan respon
hangat dari fans metal itu punya nuansa musik khas Rotten
Corpse. Sungguh masuk akal,
sebab hampir semua materi
dasar lagunya memang ditulis
oleh Adyth. Bisa dibayangkan
kalau Melted adalah 'album kedua dari Rotten Corpse'?!...
Setelah merilis rekaman, nama
Disinfected melesat di scene
metal Indonesia. Berbagai
panggung musik mulai dijajal.
Bahkan mereka sempat diundang tampil di kota Malang dalam
event bertajuk Malang Metal
Fest. Adyth sendiri tampak enjoy
bermusik di Disinfected dan mulai
melupakan ambisinya mengusung
nama Rotten Corpse yang sepertinya sarat 'kutukan'.
Tetapi nama Rotten Corpse
sendiri ibarat 'pesugihan' yang
selalu dicari sekaligus 'kutukan'
yang terus menghantui. Buktinya
pada akhir tahun 1998, Aryev Gobel bangkit dan membentuk
kembali Rotten Corpse bersama
gitaris Mentho [Keramat], bassist
Yongki [Suffer In Crease], dan
drummer Eko [Keramat]. Setelah
ending yang tidak 'happy' di masa sebelumnya, sekuel kedua
dari Rotten Corpse tampaknya
dimulai dari sini...
Mereka langsung aktif berlatih di
studio legendaris Centra, sambil
sesekali manggung di sejumlah
gigs lokal dan memproduksi
beberapa merchandise. Akhirnya
Rotten Corpse formasi baru pimpinan Aryev Gobel itu berhasil
membuat satu karya nyata.
Mereka sempat merilis sebuah
singel yang berjudul Awakening
untuk salah satu seri kompilasi
cadas Brutally Sickness rilisan Extreme Souls Production.
Setelah tampil membuka show
Edane di Malang dan mengisi
sejumlah gigs lokal dalam rentang
tahun 1999-2000, Rotten Corpse
sempat dikabarkan akan merilis full-album melalui label
Rottrevore records. Namun
berita itu tidak pernah menjadi
kenyataan. Begitu juga Rotten
Corpse seperti berada di
persimpangan antara 'ada dan tiada'. Sialan, rupanya 'kutukan'
itu masih berlanjut...
"Dengan berat hati, ibarat putus
pacaran, saya terpaksa tidak
tahu menahu soal band ini. Saya
tidak tahu kenapa, Rotten Corpse seperti mengantuk,
pengen tidur terus. Sementara
konflik-konflik internal pun tidak
kunjung berhenti dan akhirnya
mematikan band besar ini," tutur
Aryev Gobel yang sekarang menjabat vokalis Keramat dan
bekerja sebagai desainer grafis
di sebuah pabrik rokok di Malang.
Seingat penulis, sejak tahun
2001 nama Rotten Corpse sudah
tidak disebut-sebut lagi. Rotten Corpse is dead?! Well, seperti
biasa, tidak pernah sekali pun
ada pernyataan resmi mengenai
keputusan bubarnya Rotten
Corpse dari pihak-pihak terkait.
Selalu saja misterius. Orang- orangnya masih ada di sekitar,
tetapi nama Rotten Corpse
perlahan lenyap begitu saja.
Sebagian orang yang percaya
kutukan berpendapat bahwa
mungkin sebaiknya Rotten Corpse tidak usah ada lagi dan
biarkan jadi sejarah...
And where is everybody now?!...
Adyth saat ini sudah berkeluarga
dan bekerja sebagai desainer
grafis di Jakarta. Anton masih bekerja di Malang dan jadi
drummer di Silence Is Broken -
setelah sempat memperkuat
banyak band lokal ; Disintegrate,
System Error, sampai Davyjones.
Wawan yang pernah main gitar di Adzab, Disaffection dan Antipathy
sempat hijrah ke Ukraina bareng
pacar bulenya. Didik kabarnya
bikin band metal di Nganjuk. Upick
sudah berkeluarga dan bekerja
di Pandaan. Ferry Rinaldi sudah menikah dan menetap di
Pandaan. Yongki berhenti
bermusik dan tinggal di Malang.
Aryev Gobel, Mentho dan Eko
masih main musik bersama di
Keramat. Mas Harry tetap di Surabaya, menekuni bisnis sablon
dan jadi kolektor metal. They're
all kvlt!...
Meski hanya eksis dalam waktu
singkat dan dilanda berbagai
konflik, setidaknya Rotten Corpse pernah menggoreskan
tinta emas dalam sejarah musik
metal di Malang, bahkan di
Indonesia. Sampai-sampai muncul
mitos bahwa hingga hari ini belum
ada band metal Malang yang pernah mencapai level seperti
Rotten Corpse - yang punya
karya musik berkualitas,
direspon secara masif, dan
sangat menginspirasi banyak
orang. Sampai detik ini, satu-satunya
album Maggot Sickness tetap
menjadi klasik dan masih diburu
dengan harga lumayan tinggi.
Beberapa band lokal tercatat
masih mengkover lagu-lagunya. Fans dari dalam dan luar negeri
masih terus menanyakan stok
rekamannya. Album bajakannya
bahkan ludes diserbu pembeli.
Begitu juga dengan merchandise-
nya di pasaran gelap. Organiser show Kolektif Radiasi masih
bercita-cita untuk membawa
line-up klasik Rotten Corpse ke
dalam sebuah konser reuni. Atau
memang sudah sepantasnya
band ini mendapatkan sebuah tribut khusus...
Penulis yakin mereka yang
pernah bersama dan mengalami
sejarah dengan band ini akan
terus mengenang kejayaan yang
singkat itu. Sejarah yang diukir Rotten Corpse akan selalu
terasa emosional. Dari sisi yang
baik maupun yang buruk. Seperti
diungkapkan Aryev Gobel yang
sampai rela merajah logo band
Rotten Corpse di kulit tubuhnya, "Saya pribadi merasa bangga
pernah punya band sedahsyat
ini. Sampai mati band ini akan
tetap di dada!..."
Foto & Gambar oleh Aryev Gobel
[dok.RC] / Boris [dok.Mindblast].
Penulis adalah editor Mindblast
[1996-1998] dan mantan roadies
Rotten Corpse.
sumber
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Total Tayangan Laman
DOWNLOAD:
VOLTURYON - Coordinated Mutilation (2011)
genre:Death
orgin:Sweden
BENIGHTED - Asylum Cave (2011)
genre:Death/Grind
orgin:France
IMPRECATORY - Mortal Intestines Decay [2005]
Genre(s) : Brutal Death metal
Origin : Indonesia (Bandung)
Band: Outlander
Origin : Indonesia (Pontianak,West Borneo)
Genre(s) : Slamming Brutal Death
DEAD SQUAD - Horor Vision (2009)
Indonesia (Jakarta)
Genre(s) : Tech. Brutal Death
Morbid Angel - 1989 -Abominations of Desolation
Morbid Angel - 1991 - Blessed Are The Sick
Morbid Angel - (1990) Altars Of Madness
Morbid Angel - 1993 - Covenant
Morbid Angel - (1995) Domination
Morbid Angel - (1996) Entangled in Chaos - (Live)
Morbid Angel - (2000) Gateways To Annihilation
Morbid Angel - (2002) Tyrants From The Abyss (Tribute to Morbid Angel)
Morbid Angel - (2003) Heretic
Morbid Angel - (2005) Ignominious - Part
Tidak ada komentar:
Posting Komentar