Minggu, 24 April 2011

Extreme Decay RilisHolocaust Resistance


“Menjaga mood penggemar adalah tanggung jawab kami,
sampai akhirnya materi-materi
baru ini betul-betul siap untuk
disajikan ke publik. Dengan
hadirnya album baru ini, kami
harap mereka bisa mengalami ejakulasi selama berhari-hari
setelah menelanjangi musik
kami,” sumbar Yuda, pencabik bass Extreme Decay.


Sebenarnya cukup panjang
proses perjalanan dan
pengerjaan album ke-empat
Extreme Decay yang diberi tajuk
Holocaust Resistance ini. Sejak tahun 2008, Extreme Decay
sudah mulai merekam materi
musiknya di Delta Studio, Malang,
Jawa Timur gara-gara ada kabar
mendadak kalau gitaris Ravi akan
segera hijrah ke Sumatera.
Mungkin akibat rekaman dengan
sistem "kebut semalam" itu
hingga hasilnya dianggap kurang
maksimal, dan prosesnya
terpaksa dihentikan di tengah
jalan.

Pada akhirnya Ravi musti pergi
meninggalkan Extreme Decay
dengan sisa personil Afrl [vokal],
Yuda [bass], dan Eko [drum]. Trio
ini mencoba terus bertahan
sambil mencari gitaris pengganti. Pilihan mereka akhirnya jatuh
kepada Sahery, gitaris handal
dari grup band Perish dan
Anorma. Proses adaptasi
dilakukan secara cepat karena
toh mereka sudah berteman lama di scene musik cadas kota
Malang.


Pada bulan Januari 2009,
Extreme Decay memulai lagi
proses rekamannya dari awal
dan dilakukan secara bertahap. Sesi rekaman album ini memang
cukup memakan waktu karena
mesti dikerjakan di tiga studio
yang berbeda; take drum di
Natural Studio [Surabaya], take
gitar dan bass di Fakhri Home Recording [Malang], dan take
vokal di ETC Studio [Malang]. Ini
masih ditambah juga dengan
proses mixing di Grim Studio
[Jakarta] dan mastering di
Blacklines [Jakarta] yang ditangani langsung oleh Yobbi
Ananta [Alakazam].


Extreme Decay adalah unit
pengusung musik grindcore yang
terbentuk di kota Malang pada
bulan Januari 1998. Sejak berdiri mereka langsung produktif dalam
merilis berbagai rilisan. Bahkan
hanya dalam waktu dua tahun
pertama, mereka sudah berhasil
merilis tiga album studio dan dua
demo rehearsal melalui berbagai label rekaman di Indonesia
maupun luar negeri. Belum lagi
berbagai proyek album split dan
kompilasi internasional yang
sudah pernah mereka ikuti sejak
berdiri hingga sekarang. Full album terakhir mereka adalah
Sampah Dunia Ketiga yang dirilis
oleh Extreme Souls Production
pada tahun 2000.


“Yah memang banyak perkembangan dalam perjalanan
kami selama satu dekade
terakhir. Bongkar pasang
personil adalah hal yang cukup
menyita waktu. Tapi meskipun
Extreme Decay berada dalam masa kritis atau semi-vakum pun
kami masih tetap bergerilya dan
mencoba aktif di scene ini. Salah
satunya dalam bentuk
merchandise. Karena itu juga
kami masih bisa bertahan dan berusaha bangkit kembali,” kata Afril ketika ditanya soal rentang
waktu yang lama antara
Holocaust Resistance dengan
album sebelumnya.


“Sepertinya tambahan kesibukan serta pergantian
personil sangat mengulum habis
tenaga dan mengganggu
kreativitas kami saat
mengerjakan album baru ini. Ravi
terpaksa menjemput jodoh ke Pekanbaru. Patah hati, kami pun
melamar gitaris Perish dan
Anorma sebagai imbalannya.
Pretty fair, isn't it?” tambah Yuda kemudian.

Di album penuhnya yang ke-
empat ini, Extreme Decay
merekam 13 karya lagu,
termasuk hits lawas, “Green Me”, yang digubah dalam versi baru. Mereka juga memainkan
sebuah lagu cover berjudul
“Inhale/Exhale” milik band grindcore asal Swedia, Nasum.
“Secara garis besar, kami memainkan grindcore!” ungkap Afrl tentang konsep musik
mereka di album barunya. “Iya, masih di wilayah crust/hardcore/
punk. Hanya saja mencoba lebih
‘ berdasi’ . Sedangkan tambahan distorsi adalah kosmetik dari
emosi kami,” sambung Yuda sambil menjelaskan unsur bunyi-
bunyian elektronik dan ambient/
harsh yang ada di dalam album
baru mereka.

Tercatat, ada banyak pihak yang
membantu dan berkontribusi dalam pengerjaan album
Holocaust Resistance. Vokal latar
pada sejumlah lagu diisi oleh
Matto [Killharmonic], Aryev Gobel
[Keramat], Catur Guritno
[Antiphaty], hingga Casper [Hatestroke]. Kemudian Githrue
Mario [Serigala Malam] dan
Heickel Alkatiri [Aneka Digital
Safari] ikut serta menyuntikan
injeksi elektroniknya sebagai
intro/outro. Bahkan, Extreme Decay juga mengundang mantan
personilnya terdahulu, Adhiext
dan Ravi, untuk turut
menyumbangkan suara� vokalnya di beberapa lagu.
Semua lirik yang ditulis oleh Afrl
bercerita lugas soal perang,
bencana, tragedi, lingkungan,
kritik sosial, dan juga politik.
Straight and to-the-point.

“Sekedar gambaran kecil penolakan akan kehancuran
yang ada akibat ulah
manusianya,” ujar Afrl singkat. “Sesimpel ini, kami tidak akan mentolerir lagi bila ternyata
masih ada nama ‘ manusia’ dalam daftar penyokong resmi
penghancuran dunia,” imbuh Yuda kemudian. “Jargon metal satu jari, tiga jari, atau tigabelas
jari? Jujur saja kami terlalu
repot untuk menegur polah
mereka. Tingkah-tingkah konyol
seperti itu tidak akan pernah
kami usung sebagai tema.” Artwork yang dipakai pada
sampul album Holocaust
Resistance adalah karya
ilustrator berbakat asal kota
Malang, Mutant Komando, yang
juga dikenal sebagai vokalis Primitive Chimpanzee dan
memang sering membikin artwork
untuk flyer, poster, merchandise
maupun sampul album lokal. �

“Dalam perjalanan karir kami, mungkin Holocaust Resistance
adalah album yang paling mahal
dari ukuran pengalaman,
semangat, sampai produksi bila
dibandingkan dengan album-
album sebelumnya,” kata Yuda. Formasi terakhir Extreme Decay
saat ini digawangi oleh empat
nama dengan aktivitasnya
masing-masing. Afrl adalah vokalis
sekaligus founder ED yang juga
bekerja di sebuah institusi pemerintahan di kota Kediri. Eko
yang bekerja di sebuah distro di
Malang sudah lama dikenal
sebagai ‘ mesin drum’ tangguh bersama Antiphaty, Keramat,
dan Anorma. Bassist Yuda [ex
Wodka/Disintegrate] adalah
pemuda yang menghabiskan
banyak waktunya di depan
komputer, sambil menekuni berbagai program aplikasi
multimedia dan website.
Sedangkan Sahery adalah gitaris
metal yang juga bergabung di
kelompok musik Perish dan
Anorma. Di sela-sela kesibukannya, Afrl
dkk sepertinya akan
menempatkan album Holocaust
Resistance sebagai suatu fase
baru dalam eksistensi mereka.
Semacam momentum untuk bangkit dan aktif berkarya,
serta kembali menyapa
penggemarnya yang [mungkin]
sudah terlalu lama menunggu.

Apakah ini berarti Extreme Decay
juga akan segera tampil di berbagai panggung setelah
sekian lama absen?! “Tentu kami sekarang sangat siap. Itu bagian
dari pengabdian kami kepada
penggemar. Siapkan saja sepetak
panggung ukuran minimal 3x4
meter, tanpa mengeluh akan
kami bakar habis dengan mesin gerinda buatan kami!” jawab Yuda dengan lugas.

Album Holocaust Resistence resmi
dirilis mulai bulan Oktober 2010 di
bawah label Armstretch Records
– sebuah label rekaman independen yang dulunya
bernama Blue Sky Records. Rilisan
ini sudah beredar luas dan bisa
didapatkan di sejumlah distro
dan toko musik di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Laman

theremon666@gmail.com
DOWNLOAD:
VOLTURYON - Coordinated Mutilation (2011) genre:Death orgin:Sweden BENIGHTED - Asylum Cave (2011) genre:Death/Grind orgin:France IMPRECATORY - Mortal Intestines Decay [2005] Genre(s) : Brutal Death metal Origin : Indonesia (Bandung) Band: Outlander Origin : Indonesia (Pontianak,West Borneo) Genre(s) : Slamming Brutal Death DEAD SQUAD - Horor Vision (2009) Indonesia (Jakarta) Genre(s) : Tech. Brutal Death Morbid Angel - 1989 -Abominations of Desolation Morbid Angel - 1991 - Blessed Are The Sick Morbid Angel - (1990) Altars Of Madness Morbid Angel - 1993 - Covenant Morbid Angel - (1995) Domination Morbid Angel - (1996) Entangled in Chaos - (Live) Morbid Angel - (2000) Gateways To Annihilation Morbid Angel - (2002) Tyrants From The Abyss (Tribute to Morbid Angel) Morbid Angel - (2003) Heretic Morbid Angel - (2005) Ignominious - Part REMON INSIDE™ Brutal Music Reviews

Cari Blog Ini

REMON INSIDE™ :
free counters